05 March 2024

Potensi Manfaat & Bahaya Berpuasa untuk Jantung

Alhamdulillah, tahun ini kita bisa kembali bertemu dengan Ramadan, bulan suci yang penuh berkah. Bulan di mana kita sebagai umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa untuk mencari ridha Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS Al-Baqarah: 183). Tujuan utama dari puasa ini bukan hanya menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam, tetapi juga tentang pemurnian jiwa dan penguatan iman, mendidik diri untuk lebih disiplin, sabar, dan empati terhadap sesama.

Di sisi lain, di tengah keutamaan Ramadan, banyak di antara kita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit jantung, ingin mengetahui apakah puasa bisa membawa manfaat untuk kesehatan jantung atau malah justru bisa berbahaya. Artikel ini akan berupaya menjawab pertanyaan tersebut secara ilmiah, dengan memberikan pandangan yang seimbang mengenai potensi manfaat dan risiko puasa Ramadan bagi kesehatan jantung.


Potensi Manfaat Puasa Ramadan untuk Jantung

Manajemen Berat Badan

Penelitian menunjukkan bahwa puasa selama bulan Ramadan dapat efektif dalam mengurangi berat badan dan lemak tubuh, sebagaimana dilaporkan dalam sebuah studi oleh Varady et al. (2011) di "The American Journal of Clinical Nutrition". Studi ini menemukan bahwa subjek puasa mengalami penurunan berat badan rata-rata sekitar 1-2 kg selama bulan Ramadan, yang terutama disebabkan oleh pengurangan asupan kalori dan peningkatan aktivitas lipolisis, yaitu proses pemecahan lemak tubuh. Penurunan berat badan ini, ketika dipertahankan dalam jangka panjang, dapat berkontribusi pada pengurangan risiko penyakit jantung koroner, mengingat obesitas adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung.


Perbaikan Profil Lipid

Efek puasa terhadap profil lipid telah menjadi subjek dari banyak penelitian, termasuk salah satu yang diterbitkan di "Nutrition Journal" oleh Saleh et al. (2013). Studi ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kadar kolesterol HDL ("baik") dan penurunan dalam kadar LDL ("jahat") dan trigliserida pada peserta setelah Ramadan. Kolesterol HDL yang lebih tinggi dan kadar LDL serta trigliserida yang lebih rendah berkaitan dengan pengurangan risiko aterosklerosis, kondisi di mana penumpukan plak dalam arteri bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke.


Regulasi Tekanan Darah

Penelitian yang dilakukan oleh Mousavi et al. (2014) dan diterbitkan di "Journal of Hypertension" menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat memiliki efek positif dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal ini berpotensi mengurangi beban kerja pada jantung dan risiko pengembangan hipertensi, faktor risiko kunci lainnya untuk penyakit jantung. Penurunan ini bisa karena kombinasi dari penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, dan perubahan pola makan selama Ramadan.


Pengurangan Inflamasi

Sebuah studi oleh Faris et al. (2012) dalam "Journal of Nutrition and Metabolism" menemukan bahwa puasa Ramadan berkontribusi pada penurunan tingkat beberapa biomarker inflamasi, termasuk C-reactive protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-a). Inflamasi kronis telah dikenal sebagai kontributor utama untuk pengembangan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pengurangan dalam tingkat inflamasi selama Ramadan dapat menawarkan manfaat protektif terhadap penyakit jantung.


Potensi Bahaya Puasa Ramadan untuk Jantung dan Cara Mengatasinya

Risiko Dehidrasi

Selama bulan Ramadan, keterbatasan asupan cairan dari fajar hingga matahari terbenam dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi tidak hanya menurunkan volume darah, tetapi juga dapat meningkatkan kekentalan darah, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kondisi kardiovaskular seperti trombosis (penggumpalan darah). Ini bisa menjadi masalah serius, karena penggumpalan darah dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan kondisi seperti serangan jantung atau stroke.


Tips untuk mencegah hal ini: 

  • Usahakan untuk mengonsumsi cukup air antara waktu berbuka dan sahur, dengan target minimal 8 gelas atau 2 liter air per hari.
  • Hindari atau batasi minuman yang bisa menyebabkan dehidrasi, seperti kafein.
  • Makan buah dan sayuran yang mengandung banyak air, seperti semangka dan timun, dapat membantu hidrasi.


Ketidakstabilan Elektrolit

Kurangnya asupan makanan dan minuman selama puasa Ramadan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk natrium, kalium, dan magnesium. Elektrolit berperan penting dalam banyak proses tubuh, termasuk fungsi otot dan, yang paling penting, kontraksi jantung. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan aritmia, kondisi di mana jantung berdetak tidak teratur, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.


Tips untuk mencegah hal ini: 

  • Saat berbuka dan sahur, pastikan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, termasuk sumber kalium, magnesium, dan sodium yang sehat, seperti pisang, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.
  • Pertimbangkan suplemen elektrolit jika diperlukan, tentunya setelah berkonsultasi dengan dokter yang menangani anda.


Stres pada Jantung

Bagi mereka dengan kondisi jantung yang ada atau berisiko tinggi, puasa bisa meningkatkan stres pada jantung. Hal ini bisa terjadi karena asupan nutrisi yang kurang, terjadi dehidrasi, tidak bisa menjaga emosi saat berpuasa. Dampaknya detak jantung bisa meningkat, ini bisa berdampak negatif untuk pasien yang memiliki kondisi jantung seperti penyakit arteri koroner.


Tips untuk mencegah hal ini: 

  • Individu dengan kondisi jantung sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa untuk mendapatkan pengobatan yang optimal sesuai dengan kondisi kesehatan mereka.
  • Menghindari olahraga atau aktivitas fisik yang berat yang bisa memberi beban tambahan pada jantung, terutama di jam-jam terpanas dalam sehari.
  • Beristirahat yang cukup dan hindari stres berlebih selama bulan puasa untuk mengurangi beban kerja jantung.


Pasien dengan Kondisi Jantung sepertia apa yang Sebaiknya Tidak Berpuasa

Meskipun banyak orang dengan kondisi jantung dapat berpuasa dengan aman, terdapat beberapa situasi dimana puasa mungkin tidak disarankan. Berikut ini adalah kondisi jantung yang sebaiknya mendapatkan pertimbangan khusus sebelum memutuskan untuk berpuasa:

1. Gagal Jantung Kongestif (GJK) yang sedang kambuh / belum stabil

Pasien dengan gagal jantung kongestif yang tidak stabil berisiko tinggi mengalami eksaserbasi gejala selama puasa. Kondisi ini memerlukan pengaturan cairan dan elektrolit yang ketat, yang bisa menjadi tantangan selama jam puasa.

2. Penyakit Arteri Koroner (PAK) yang belum stabil 

Individu dengan penyakit arteri koroner yang gejalanya tidak terkontrol, seperti angina yang sering terjadi atau yang baru-baru ini mengalami serangan jantung, mungkin berisiko lebih tinggi jika berpuasa. Kekurangan cairan bisa meningkatkan kekentalan darah, yang berpotensi memperburuk kondisi.

3. Aritmia yang Tidak Terkontrol

Pasien dengan aritmia, seperti fibrilasi atrium yang tidak terkontrol, mungkin mengalami peningkatan risiko komplikasi selama puasa. Ketidakseimbangan elektrolit yang mungkin terjadi selama puasa dapat memperburuk kondisi aritmia.

4. Pasien Pasca Operasi Jantung

Individu yang baru saja menjalani operasi jantung atau prosedur invasif mungkin perlu menunda puasa. Mereka memerlukan nutrisi yang cukup untuk proses penyembuhan dan mungkin membutuhkan pengaturan obat yang sering yang tidak cocok dengan jadwal puasa.

5. Hipertensi Berat yang Tidak Terkontrol

Pasien dengan tekanan darah sangat tinggi yang tidak terkontrol dengan baik melalui pengobatan mungkin perlu berhati-hati. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat memperburuk kondisi ini.


Sangat penting bagi individu dengan kondisi jantung yang disebutkan di atas untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa. Dokter dapat menilai risiko dan memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan spesifik. Keputusan untuk berpuasa harus didasarkan pada penilaian risiko-benefit individual, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan, kebutuhan obat, dan kemampuan untuk mempertahankan hidrasi serta nutrisi yang adekuat. Ingat: Islam memberikan keringanan bagi mereka yang sakit untuk tidak berpuasa, dengan opsi untuk mengganti hari puasa di lain waktu atau memberi makan orang miskin sebagai fidyah, sesuai dengan kondisi individu.

Mari kita sambut Ramadan ini dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan komitmen untuk menjaga keseimbangan antara ibadah dan kesehatan. Dengan demikian, kita dapat meraih keberkahan penuh dari bulan suci ini, sembari menjaga tubuh kita agar tetap sehat dan kuat. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan ini dengan penuh hikmah dan manfaat. Aamiin. Mohon maaf jika selama ini penulis ada keselahan yang kurang berkenan untuk pembaca. Selamat berpuasa. -EPW