08 May 2025
Halo semuanya, kali ini saya ingin membahas sesuatu yang kelihatannya sepele, tapi pengaruhnya luar biasa besar terhadap kesehatan jantung, yaitu: minuman yang kita konsumsi setiap hari. Seringkali kita tidak sadar, bahwa penyakit jantung tidak hanya dipicu dari makanan yang kita kunyah, tapi juga dari apa yang kita teguk.
Secara fisiologis, tujuan kita minum sebenarnya sangat sederhana: menggantikan cairan tubuh yang hilang. Cairan dibutuhkan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil, mendukung kerja ginjal, menjaga suhu tubuh, dan membantu sirkulasi darah. Jantung kita memompa sekitar 5 liter darah per menit, dan darah itu 90%-nya adalah air. Jadi kalau kita kekurangan cairan, darah jadi lebih kental, tekanan darah bisa turun, detak jantung naik, bahkan bisa memicu serangan jantung pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada.
Tapi sayangnya, manusia modern punya kecenderungan yang sangat kuat untuk minum bukan demi kebutuhan fisiologis, tapi demi memuaskan hawa nafsu lidah. Haus? Maunya yang dingin dan manis. Dahaga? Nyarinya yang berbuih dan bikin segar di iklan. Maka tidak heran jika minuman yang jadi pilihan bukan air putih, tapi soft drink --seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan sejenisnya. Dan inilah 'Jebakan Batman' yang harus kita sadari bersama.
Minuman seperti soda itu memang dirancang untuk memberikan rasa puas dan menyegarkan, terutama karena kandungan gas karbonasinya, gulanya yang tinggi, dan efek dinginnya. Tapi segar di mulut belum tentu segar di jantung. Satu gelas Coca-Cola ukuran 200 ml mengandung sekitar 90-110 kalori. Kalau Anda minum segelas setiap hari, itu setara dengan menambahkan hampir 33.000 kalori per tahun, yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan sekitar 4-5 kg jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.
Dan itu baru Coca-Cola. Bagaimana dengan minuman lokal kita yang lain? Bajigur, bandrek, sekoteng, wedang ronde --enak, hangat, penuh kenangan. Tapi kalau dibongkar kandungannya? Banyak yang pakai santan, gula aren, susu kental manis, bahkan tambahan kacang goreng atau ketan. Maka tak heran, satu gelas bajigur pun bisa menyumbang 200-300 kalori. Belum lagi kalau diminum dua kali sehari. Belum lagi kalau habis itu lanjut makan martabak manis.
Kadang kita juga suka 'tersandung oleh-oleh'. Coba kalau jalan-jalan ke daerah, pasti sering lihat sirup-sirup oleh-oleh dengan warna mencolok --rasa cocopandan, jeruk kunci, atau markisa. Bahan bakunya? Hampir selalu sirup gula pekat dengan perisa. Jadi meskipun Anda merasa cuma minum 'air rasa', sebenarnya Anda sedang menambahkan 100-150 kalori ke dalam tubuh Anda hanya dalam beberapa teguk.
Bagaimana dengan air yang mengandung elektrolit atau air isotonis? Air seperti ini memang punya keunggulan, yaitu cepat diserap tubuh karena komposisinya mendekati cairan tubuh kita. Cocok digunakan saat tubuh benar-benar membutuhkan rehidrasi cepat. Tapi hati-hati --banyak air isotonis di pasaran yang juga tinggi kandungan gulanya. Kadang kita merasa minum-minuman berlabel "sehat" atau "untuk pemulihan" itu otomatis aman untuk jantung. Padahal dalam satu botolnya bisa saja tersembunyi hingga 100-150 kalori, terutama jika diberi tambahan perasa atau pewarna.
Selain itu, tidak semua orang cocok dengan air isotonis yang cenderung asam rasanya. Bagi mereka yang memiliki masalah lambung seperti maag atau GERD, minuman seperti ini justru bisa memicu rasa tidak nyaman atau nyeri ulu hati. Maka penggunaannya harus tepat sasaran.
Lalu kapan sebenarnya seseorang benar-benar butuh minuman isotonis? Pada kondisi dehidrasi berat, seperti saat sedang mengalami diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara drastis. Atau pada aktivitas fisik ekstrem, misalnya ikut lomba lari marathon, triathlon, atau olahraga berat yang dilakukan lebih dari dua jam tanpa jeda. Dalam kondisi seperti itu, cairan tubuh yang hilang lewat keringat memang perlu digantikan bukan hanya dengan air, tapi juga elektrolit seperti natrium dan kalium.
Namun kalau aktivitas Anda hanya sekadar olahraga ringan di gym selama 30-60 menit, atau sekadar jogging pagi, cukupkan kebutuhan cairan dengan air putih biasa. Tidak perlu repot membeli minuman isotonis yang sebenarnya belum Anda butuhkan. Jadi, jangan sampai niat sehat malah berujung asupan kalori tersembunyi, apalagi kalau minumannya berasa manis dan diminum setiap hari tanpa kontrol.
Logikanya sederhana: semakin manis sebuah minuman, semakin besar kandungan kalorinya. Dan semakin sering Anda konsumsi minuman tinggi kalori seperti ini, semakin besar beban metabolik tubuh Anda --yang pada akhirnya berdampak ke jantung, tekanan darah, kolesterol, dan risiko diabetes.
Lalu apa solusinya? Minuman yang paling ideal untuk kesehatan jantung sebenarnya sederhana dan murah: air putih. Ya, air putih biasa tanpa tambahan gula, tanpa perisa, tanpa pemanis buatan. Air membantu menjaga hidrasi, mengencerkan darah, menurunkan beban jantung, mendukung kerja ginjal, dan menjaga metabolisme tetap lancar.
Bagaimana dengan kandungan mineral dalam air? Memang benar, air mineral mengandung elektrolit seperti natrium, kalsium, magnesium yang bisa bermanfaat, terutama untuk orang yang aktif atau berkeringat banyak. Tapi perlu diingat, tidak semua orang butuh tambahan mineral berlebihan. Kadang-kadang justru mereka yang punya batu ginjal atau masalah jantung tertentu lebih aman dengan air yang tidak terlalu tinggi mineral.
Lalu bagaimana dengan air suling, air destilasi, atau air demineralisasi yang diproses melalui pemanasan dan penguapan? Air jenis ini bebas dari hampir semua mineral. Untuk orang sehat, air murni semacam ini tetap aman, tapi kurang cocok dikonsumsi secara eksklusif dalam jangka panjang, karena tubuh tetap butuh asupan mineral dari air. Namun pada kondisi tertentu --misalnya pasien dengan penyakit ginjal berat, batu ginjal berulang, atau gangguan metabolik tertentu-- air bebas mineral justru bisa membantu mengurangi beban tubuh. Jadi, seperti biasa, semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan medis masing-masing.
Kesimpulannya? Kalau Anda ingin menjaga jantung tetap sehat, jangan fokus hanya pada apa yang Anda kunyah, tapi juga pada apa yang Anda teguk. Dan kalau haus, jangan cari yang 'segar' di mulut, tapi yang aman di jantung. Karena kadang, satu teguk Coca-Cola lebih berbahaya daripada satu sendok nasi. Maka mari mulai ubah kebiasaan dari sekarang. Pilih air putih sebagai teman setia jantung Anda. Lebih hemat, lebih sehat, dan tak perlu khawatir berat badan naik gara-gara minum.*
(Dr. Erta Priadi Wirawijaya, FIHA)