15 May 2025
Halo semuanya, dengan dr. Erta, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah disini.
Kalau ada pasien saya yang datang dengan keluhan jantung dan kebetulan memiliki berat badan berlebih, saya selalu, selalu berusaha mengingatkan untuk mulai menurunkan berat badan. Mohon maaf ya, bukan karena saya nyinyir atau nge-judge tapi karena saya sayang. Karena menurut saya, obesitas itu adalah target terapi utama dalam pengobatan penyakit jantung, apapun jenis penyakit jantungnya.
Kalau pasiennya punya gagal jantung misalnya, maka berat badan berlebih itu ibarat karung tambahan yang harus digendong jantung setiap detik. Lemak di tubuh kita itu pasif --dia diam saja, tapi tetap butuh pasokan darah dan oksigen. Jantung dipaksa kerja keras untuk melayani jaringan lemak yang tidak berkontribusi apa-apa kecuali menambah beban. Kalau pasiennya punya penyumbatan pembuluh darah atau riwayat serangan jantung, maka lemak viseral --yang menyelimuti organ dalam-- bisa melepaskan zat-zat peradangan yang memperparah kondisi arteri. Penyempitan pembuluh darah bisa terjadi lebih cepat. Dan kalau pasiennya punya gangguan irama jantung, obesitas akan meningkatkan risiko obstructive sleep apnea --sumbatan saluran napas saat tidur-- yang bikin jantung harus bekerja keras padahal seharusnya lagi istirahat. Akibatnya gangguan irama yang dialami bisa jadi semakin berat.
Belum lagi kalau pasien jantung memiliki obesitas, tiap kali kontrol, keluhannya pasti, "Dok, saya gampang capek." Lalu kita harus membedakan: ini karena jantungnya lemah, atau karena berat badannya yang bikin tubuh kewalahan? Yang jelas, kalau ingin meringankan beban jantung, berat badan harus diturunkan. Jadi pengobatan penyakit jantung tidak bisa dilepaskan dari pengobatan obesitas.
Sekarang mari kita mundur sebentar ke masa lalu. Dulu kita nggak pernah segemuk ini loh. Pada masa awal kemerdekaan, yang namanya obesitas bisa dihitung jari. Di kampung, orang yang gemuk itu justru dianggap "orang kota" atau "pejabat," saking langkanya. Sementara sekarang, obesitas bukan lagi milik segelintir orang. Anak-anak usia 10 tahun saja sekarang sudah banyak yang kegemukan. Dan ini bukan cuma soal penampilan, tapi soal ancaman penyakit yang nyata.
Kenapa bisa begini? Salah satu faktornya adalah perubahan gaya hidup yang drastis. Kalau dulu ke pasar harus jalan kaki atau naik sepeda, sekarang semua bisa dipanggil lewat layar ponsel. Dulu kalau lapar malam-malam ya sabar sampai pagi atau masak sendiri, sekarang tinggal klik aplikasi, dalam 15 menit mie goreng telur keju bisa datang. Aktivitas fisik menurun drastis, tapi kalori masuk justru meningkat dua kali lipat.
Dua biang kerok utama menurut saya: minyak goreng dan gula. Dulu dua bahan ini adalah barang mewah. Hanya orang kaya yang bisa sering-sering makan gorengan. Sekarang? Murah meriah dan tersedia di mana-mana. Hampir semua jajanan digoreng --dari tempe sampai bakso tusuk. Kalau digoreng, kalorinya bisa dua kali lipat dibanding direbus atau dikukus. Begitu juga gula. Dulu, gula tebu dari Indonesia malah diekspor ke Eropa karena mahal. Sekarang, minuman teh manis lima ribuan bisa ditemukan di tiap sudut jalan. Kalori cair dari gula itulah yang paling licik --tidak mengenyangkan, tapi bisa diam-diam menumpuk lemak.
Karena itu saya bilang, obesitas adalah pandemi modern. Bukan hanya penyakit individu, tapi masalah masyarakat. Bahkan sudah resmi masuk dalam ICD (International Classification of Disease) dengan kode E66. Ini artinya obesitas diakui sebagai kondisi medis yang membutuhkan intervensi nyata. Tidak bisa lagi dibilang "cuma gemuk doang."
Dampaknya luar biasa. Obesitas adalah pintu masuk ke penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke, osteoarthritis, bahkan kanker. Dan kalau tidak ditangani, akan jadi beban berat untuk sistem kesehatan nasional. Maka menurut saya, pemerintah harus melihat obesitas sebagai masalah serius yang butuh strategi nasional. Edukasi sejak sekolah dasar, regulasi makanan tinggi kalori di kantin, pembatasan iklan makanan tak sehat, dan dorongan untuk gaya hidup aktif harus dilakukan bersama-sama.
Karena kalau tidak dimulai sekarang, kita akan mewariskan generasi yang semakin lemah. Bukan karena kurang makan, tapi karena terlalu mudah mendapatkan makanan yang salah --tinggi gula, garam, dan lemak, tapi rendah nutrisi. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Dari keputusan kecil hari ini: makan lebih bijak, bergerak lebih banyak, dan belajar mencintai tubuh dengan cara yang benar. Jantungmu butuh tubuh yang lebih ringan untuk bekerja lebih lama dan lebih efisien.
Kalau kamu merasa berat badan mulai mengganggu kesehatan atau aktivitas, jangan ragu untuk berkonsultasi. Di Klinik ataupun Rumah Sakit, ada dokter dan ahli gizi yang siap membantu kamu menurunkan berat badan dengan cara yang sehat, aman, dan berkelanjutan. Hubungi kami dan mulai langkah pertama menuju hidup yang lebih sehat hari ini.
(dr. Erta Priadi Wirawijaya Sp.JP, Kardiolog)